![]() |
| ashabul kahfi |
disayangkan sikap mereka tidak seperti ayahnya. Aku akan menyelidiki mereka berdua.” Kata Diqyanus tidak puas.
Semua pejabat larut dalam kesenangan hingga terbit fajar. Tanpa mereka sadari Martus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal.
Martus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana. Martus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari Diqyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Diqyanus yaitu Kaludius.
Semua pejabat larut dalam kesenangan hingga terbit fajar. Tanpa mereka sadari Martus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal.
Martus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana. Martus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari Diqyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Diqyanus yaitu Kaludius.
Suatu hari Diqyanus menaruh curiga terhadap Kaludius terkait upeti yang diminta kepada para pedagang negeri Syam. Ia pun segera memecat menteri kepercayaannya ini. Karena sakit hati, Kaludius melakukan pemberontakan. Ia mengumpulkan orang-orang yang sepihak dengannya dan menyerang Diqyanus. Pasukan Diqyanus dipimpin oleh Nasthas ayah dari Martas kemudian gugur dalam peperangan tersebut. Namun walaupun Narthas gugur kemenangan tetap berada di tangan Diqyanus. Kaludius kemudian ditangkap dan dikirim ke Romawi untuk dipenggal.
Sementara itu, di rumah Maksalaminaya, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Diqyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Masiklaminaya membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya . Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu.
Tidak lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidak adilan oleh para pedagang besar orang-orang romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari Tuhan.
Mereka berempat inilah orang-orang dari Ashabul Kahfi.
Saat berada di rumah Maksalaminaya. Mereka mendengarkan kitab Injil yang diperoleh dari Hawari Narthusia. Injil ini kemudian dibacakan oleh Maksalaminaya. Pintu ditutup rapat agar tidak terdengar oleh mata-mata dari Diqyanus.
Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawari Narthusia seorang pengikut Nabi Isa as. Ia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Diqyanus. Ketika sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Diqyanus mengatakan kepada Diqyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martus dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku kahwatir mereka bersekongkol menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang sesat karena menyembah berhala. Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan dari jabatan terhormat ini”
Mendengar perkataan ini, Diqyanus geram. “Pergi dan tangkap mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil menangkapnya! Ada berapa jumlah mereka? ”
“Mereka hanya berenam Tuan. Martus, Nairawis, Dainamus pedagang kecil yang miskin, Maksalaminaya, Qalus, dan satunya lagi ialah Kartumis, seorang pengawal istana yang telah lama menghilang dan menolak untuk mengabdi sebagai pengawal Tuan lagi.
“Besok kau harus bawah mereka ke hadapanku. Jika tidak, akan ku penggal lehermu”
Diantara para pejabat Diqyanus, ada yang simpati terhadap nasib Martus dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telinga Martus. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat ar-Raqim.
Dalam perjalanan mereka beristirahat dalam sebuah gubuk di perbatasan negeri. Ternyata dari dalam gubuk tersebut keluar seorang pria yang sebaya dengan mereka.

No comments:
Post a Comment