Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
Dengan menyamar sebagai manusia, malaikat maut si pencabut nyawa Nabi
Sulaiman as yang sedang duduk-duduk bersama temannya. Sang malaikat menatap
salah seorang di antara mereka dengan pandangan yang begitu tajam.
Hal itu menarik perhatian sebagian besar teman-teman Sulaiman. Setelah
lelaki itu keluar majelis, mereka bertanya, “Siapakah orang tadi ya Nabiyullah?
Kulihat dia terus-menerus memandangiku?” kata seorang teman Sulaiman.
“Dia itu malaikat Izrail pencabut nyawa,” katanya. Mendengar jawaban
itu, lelaki yang bertanya itu hatinya menjadi kecut. Tubuhnya gemetar, keluar
keringat dingin dari tubuhnya. Sia berpikir, tentu tidak lama lagi nyawanya
akan dicabut dan meninggal.
Melihat perubahan mimik semacam itu, Nabi Sulaiman lalu menghibur
temannya yang akan dijemput maut itu. “Ajal adalah kepastian bagi setiap
makhluk. Hadapilah dia dengan tenang. Nah, sebelum kau meninggalkan dunia ini,
adakah keinginan yang paling kau dapatkan selama ini?” tanya Nabi Sulaiman.
“Ada,” jawabnya.
“Aku ingin dibawa terbang oleh angin dan dijatuhkan di negeri India
agar aku bisa menghindari kedatangan malaikat mauts itu,” katanya.
Dia berpikir dengan melarikan diri jauh ke India, Izrail tak mampu
mendatanginya dan mencabut nyawanya. “Baiklah, sekarang juga kau bisa
menikmatinya,” kata Sulaiman.
Untuk mengabulkan permintaan temannya itu, Nabi Sulaiman segera
memerintahkan pasukan angin untuk menerbangkan temannya itu jauh ke negeri
India. Di India ternyata Izrail telah menunggu. Betapa terkejutnya lelaki itu
melihatnya. Namun dia tak bisa berbuat apa-apa karena malaikat segera mencabut
nyawanya sesuai yang ditugaskan Allah SWT. Matilah lelaki itu di India.
Setelah itu, malaikat segera mendatangi Nabi Sulaiman kembali ke tanah
Palestina. “Kau datang lagi kawan? Dari mana kau?” tanya Sulaiman. “Dari negeri
India,” jawab malaikat. “Dari India? Oh ya, mengapa engkau tadi memandangi
teman dudukku?”
“Waktu itu aku sedikit kebingungan,” jawab malaikat. “Bingung,
memangnya kenapa?” tanya Sulaiman.
“Aku diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa orang itu di India,
tetapi saat itu dia berada di Palestina di sampingmu. Padahal jarak antara
Palestina dan India itu cukup jauh. Dan tidak mungkin di tempuh dalam waktu
sekejap. Karena itu aku menjadi bingung dan meninggalkan majelis itu,” katanya.
“Lalu, apa yang kau lakukan teman?” tanya Sulaiman lagi. “Aku terus
saja pergi ke India, karena tugas itu harus kulaksanakan di sana. Masya Allah,
tiba-tiba dalam sekejap, lelaki itu sudah ada di sana. Maka kulaksanakan tugas
itu dengan mencabut nyawanya di India. Alhamdulillah, aku telah bisa
menyelesaikan tugasku dengan baik,” katanya.
Mendengar ucapan malaikat itu, Nabi Sulaiman hanya tersenyum. Memang
kalu Allah sudah menkdirkan sesuatu kepada manusia itu, pasti terjadi. Soal
ajal adalah sebuah kepastian. Manusia tak mampu sedikitpun menundanya atau
mengajukan sedikitpun seperti teman Nabi Sulaiman itu. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment