ASAL USUL KELUARGA DAJJAL

ASAL USUL KELUARGA DAJJAL
Hakim tidak berdiam diri, dia pergi mencari dukun untuk mengeluarkan syaitan dari badan budak itu. Hampir semua tempat ke pelusuk negeri dan benua dicarinya, dukun serta tukang sihir untuk mengeluarkan rasukan syaitan dari anak lelaki itu. Karena menurut hakim syaitan itu akan menggoncangkan singgahsana atau ‘Arsy Tuhan.

Apabila berita itu tersebar, suasana masyarakat pun menjadi kacau balau dan kelam kabut. Tiba--tiba ada seorang yang berpura-pura sebagai ahli falsafah dari Samirah pun membuat pengumuman. Anak itu memang betul-betul keturunan Samiri. Dua huruf ra dan ha’ (dua huruf terakhir dari kata Samirah) Dulu ia membawa makna satu negeri yaitu negeri Syam karena Sam bin Nuh as., adalah pendiri gerakan Samirah setelah terjadinya banjir besar. Ketika Sam masih kecil, dia tidak banyak bergerak sehingga datang malaikat yang kemudian mengajarnya bagaimana cara menggerakkan kedua-dua kakinya. Anak itu adalah cucu dari Syam.” Tetapi tidak ada seorang pun yang mahu percaya dengan kata-kata ahli falsafah itu. Sebaliknya dia pula dituduh orang gila.

Hakim pula telah memberi arahan supaya kenyataan ahli falsafah itu tidak diperbincangkan lagi oleh sesiapa pun. Barangsiapa yang mencoba hendak berucap tentang hal itu akan dihukum.
Hakim pun membuat pengumunan anak itu diberi gelaran as-Samiri karena berdasarkan negeri kelahirannya dan bukannya sebab-sebab lain.

Ayah budak lelaki (Dajjal) itu pula kemudiannya mati karena terlalu menderita, kematiannya itu dipanggil adz-dzabhah ash-shadriyyal al-mutakarrarah yang bermakna (tekanan batin berlanjutan). Ayahnya mati karena watak anaknya itu sangat ganjil.

Anak ajaib itu pun ditinggalkan dalam penjagaan dan pemeliharaan hakim diistananya. Setahun kemudian, yaitu ketika berumur lima tahun, anak itu pun mulai berusaha bangun dari tidurnya, setelah bangun dia mencoba berbicara dengan orang-¬orang di sekeliling istana itu, tetapi percakapannya tergagap-gagap dan terputus-putus.

Orang-orang istana pun mencoba hendak mengobati penyakit buta di matanya tetapi tabib-tabib istana membuat kesimpulan bahwa penyakit atau cacat itu tidak akan dapat disembuhkan secara perobatan biasa karena cacat itu tampaknya diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.

Sebulan kemudian, ketika penduduk negeri itu sedang nyenyak tidur, tiba-tiba datang peringatan dari Tuhan. Peringatan dari Tuhan itu datang karena penduduk negeri itu melakukan zina dan homoseksual, sebagai orang-orang Sadum dan Amurah. Siksaan yang Tuhan turunkan itu secara tiba-tiba tanpa diduga sama sekali.

Allah telah memerintahkan malaikat Jibril untuk memasukkan penduduk negeri itu ke dalam bumi, sama seperti yang dilakukan kepada penduduk Sadum dan Amurah. Yang terselamat tinggal hanyalah seorang anak kecil (Dajjal) yang berada di istana itu. Jibril telah ditugaskan membawa anak itu ke suatu pulau yang terletak di suatu lautan luas yang di sebut Laut Yaman. Laut ini mempunyai peranan penting di masa akan datang. ( Dari Laut Yaman inilah nanti terbentang jalan yang akan dilalui seorang saleh yang mempunyai peranan penting dalam memerangi Dajjal.)

Anak lelaki itu tinggal seorang diri di pulau itu. Dia senantiasa dijaga, diawasi serta diberi makan dan minum oleh malaikat Jibril. Anak itu kembali seperti biasa, yaitu banyak tidur dan sedikit bergerak. Sementara itu Jibril kembali menghancurkan negeri yang penuh dengan kemaksiatan itu dan membalikkan negeri itu sehingga bagian atas negeri itu menjadi bawah ( terbalik ). Maka selesailah siksaan Allah ke atas orang-orang kafir itu.

Kemudian Jibril kembali membawa makanan untuk anak itu dari rezeki Allah dan demi menjalankan perintah Allah tanpa sebarang persoalan. Allah menyayangi anak itu dan berfirman kepada Jibril, ”Hai Jibril, anak itu adalah hambaKu. Tetapi di akhir zaman dia mengaku sebagai tuhan yang disembah di muka bumi. Aku akan mengutus orang yang akan menyiksanya dengan siksaan yang pedih dan akan membunuhnya pada suatu masa tertentu yang tidak akan diingkari oleh hambaKu. Orang tersebut adalah seorang nabi yang diutus pada suatu masa dan dia menjadi wali, tanpa wahyu pada menjelang akhir zaman ( yaitu Nabi Isa ).

Pulau yang didiami oleh anak itu dikenali dengan nama jazirah ats¬tsu ‘ban ar-rahib we ad-dabbah al-¬halba yang bermakna pulau ular yang mengerikan dan hewan berbulu tebal. Sebab menurut cerita tentang pulau itu, setiap orang yang hampir dan singgah di pulau itu pasti akan mati disengat oleh ular yang panjangnya beratus-ratus meter. Sementara hewan berbulu tebal itu mempunyai lidah yang dapat bercakap-cakap dengan berbagai¬ bahasa di muka bumi ini dan ia menguasai pulau itu. Ular itu adalah penjaganya dan buta matanya. Hewan itulah yang mengarahkannya. 


No comments:

Post a Comment