HAMBA YANG AJAIB

HAMBA YANG AJAIB
Pada suatu hari Abdul Wahid bin Zaid r.a berjalan-jalan dipasar tiba-tiba ia terlihat seorang hamba yang sedang dijual. Hamba tersebut melihat Abdul Wahid dengan mata yang tajam lalu Abdul Wahid teringin untuk membeli hamba tersebut untuk membuat kerja-kerja dirumahnya. Hamba ini adalah seorang yang taat dan sentiasa melakukan kerja-kerja dengan tekun sekali.     

Abdul Wahid merasa heran tentang perangai hamba ini karena diwaktu siang ia bekerja dengan tekun manakala diwaktu malam ia tidak ada dirumah walaupun puas Abdul Wahid mencarinya sedangkan pintu rumah sentiasa tertutup dan tidak ada tanda-tanda bahwa pintu telah dibuka. Pada waktu pagi hamba tersebut telah berada kembali didalam rumah dan menyerahkan satu keping uang dirham yang terukir surah Al-Ikhlas diatasnya.

Apabila ditanya oleh Abul Wahid, hamba tersebut menjawab " saya akan memberi kepada tuan setiap hari satu keping uang dirham asalkan tuan jangan bertanya kemana saya pergi". Abdul Wahid menerimanya dan tidak mengambil tahu lagi hal tersebut.     

Satelah sekian lama perkara tersebut berlalu, pada suatu hari datang seorang teman Abdul Wahid dan memberitahu bahwa kerja hambanya setiap malam adalah menggali kubur orang yang maninggal dunia. Abdul Wahid amat terkejut diatas apa yang diberitahu oleh kawanya, tetapi dia tidak percaya. Abdul Wahid berjanji akan meneliti perkara terlebih dahulu.     

Pada suatu malam salepas sembahyang Isyak, Abdul Wahid mengintai gerak gerik hambanya tanpa diketahui bahwa dia sedang dintip. Abdul Wahid melihat hambanya menuju ke pintu hanya dengan menunjukkan jarinya saja pintu tersebut terbuka dengan sendirinya sambil diperhatikan oleh Abdul Wahid dengan keheranan. Satelah hambanya keluar pintu tersebut tertutup kembali dengan sendirinya. Abdul Wahid terus mengikuti hambanya sehingga sampai kesuatu tempat yang lapang (padang pasir). Hambanya terus mengganti pakaiannya dengan pakaian lain yang dibuat dari kain goni. Hamba tersebut terus menunaikan sholat sehingga terbit fajar. Satelah selesai sholat hamba tersebut menengadahkan tangan kelangit dan memohon doa kepada yang Maha kuasa dengan berkata "wahai tuanku yang besar berilah upah kepada tuanku yang kecil". Selesai ia berdoa jatuhlah sekeping uang dirham dari langit dan diambil oleh hamba tersebut. Abdul Wahid memperhatikan hambanya dengan perasaan heran dan takjub sekali.     

Oleh karena hari sudah hampir siang, Abdul Wahid mencari air disekitarnya untuk berwudhu dan menunaikan sholat Subuh. Sewaktu beliau berdoa dia berjanji akan memerdekakan hambanya karena hamba yang sholeh sepertinya tidak seharusnya menghambakan diri kepada sesama manusia. Selesai berdoa Abdul Wahid mencari hambanya tetapi tidak berjumpa dia telah menghilangkan diri dengan bagitu cepat sekali. Abdul Wahid cuba mencari jalan untuk pulang kerumahnya tetapi tidak berjumpa karena tempat tersebut asing baginya. Dengan perasaan cemas dan menyesal diatas tindakannya dan dalam keadaan mondar mandir yang tidak menentu tiba-tiba dia melihat bayang-bayang dari jauh orang berkuda sedang menuju kearah beliau.     

Dengan parasaan tidak sabar, Abdul Wahid menunggu ketibaan orang tersebut dan apabila sampai ketempat beliau, orang berkuda tersebut bertanya "apakah yang kamu buat ditengah-tengah padang pasir ini wahai Abdul Wahid". Abdul Wahid keheranan dan berkata didalam hatinya, bagaimana orang ini mengetahui nama aku. Abdul Wahid menceritakan kepada orang berkuda apa yang telah terjadi. Orang berkuda itu berkata lagi "janganlah kamu berasa curiga terhadap apa yang terjadi" Abdul Wahid mengangguk-ngangguk saja apa yang dikatakan oleh orang berkuda tadi. Orang berkuda berkata lagi " tahukah kamu berapa jauh rumah kamu dangan tempat ini" jawab Abdul Wahid " saya tidak tahu". "Jaraknya adalah dua tahun perjalanan dengan kuda yang berlari dengan cepat" kata orang berkuda. Abdul Wahid keheran dengan kata-kata orang berkuda tadi dan berkata didalam hati sewaktu aku mengikuti hambaku malam tadi hanya beberapa menit saja perjalannya kemari.     

Sebelum berlalu orang berkuda tersebut memesan kepada Abdul Wahid supaya menunggu disini dan jangan kemana-mana, nanti malam hamba mu akan datang dan kamu bolehlah mengikutinya pulang nanti. Abdul Wahid menunggu saja disitu seperti yang dipesan oleh orang berkuda tadi. Sewaktu menuggu Abdul Wahid sudah beberapa kali tertidur dan terjaga karena keletihan dan kehausan. Apabila Abdul Wahid tersadar dari tidurnya dia mendapati makanan dan minuman telah terhidang disisinya dan hambanya juga berada disitu. Hambanya mempersilahkan Abdul Wahid makan makanan yang telah terhidang. Tanpa bekata apa-apa Abdul Wahid makan dengan lahapnya karena tersangat lapar dan dahaga. Hambanya berkata kepada Adul Wahid "janganlah tuan mengulangi lagi pebuatan ini dan tunggulah disini sehingga saya selesai sholat". Hambanya terus mengerjakan sholat sehingga terbit fajar. Satelah selesai sembahyang hambanya berdoa seperti malam sebelumnya , tiba-tiba jatuh sekeping dirham dari langit dan diberikan kepada Abdul Wahid dan dia mengambilnya satu dirham lagi dari sakunya seraya berkata "ini uang dirham untuk malam tadi".     

Satelah selesai hambanya memimpin Abdul Wahid dan berjalan dengan cepatnya dan tidak sampai beberapa saat mereka telah tiba dihadapan rumah Abdul Wahid. Hambanya bertanya kepada Abdul Wahid "betulkah tuan akan memerdekakan saya karena Allah Taala" jawab Abdul Wahid "benar" Lalu hambanya menunjukkan kepada batu pengganjal pintu dan menyatakan bahwa ia adalah uang tebusannya. Abdul Wahid merasa heran bagaimana batu yang telah lama berada disitu dijadikan uang tebusan. Lalu Abdul Wahid mengambil batu tersebut dan dengan serta merta batu tersebut berubah menjadi emas. Abdul wahid keheranan diatas keajaiban yang terjadi yang dilihatnya sebelum ini dan pada hari ini.     

Pada waktu siangnya Abdul Wahid pergi kerumah kawannya yang menuduh hambanya menggali kubur dan menceritakan kepadanya apa yang sebenarnya terjadi. Sementara dirumahnya terjadi kericuhan dimana anak perempuan Abdul Wahid memaki hamun hambanya karena menyangka selama dua malam anyahnya tidak balik kerumah dan menuduh hambanya membunuh ayahnya karena mengintip perbuatan jahatnya menggali kubur orang. Anak perempuan Abdul Wahid dengan perasaan marah telah mengambil sebuah batu dan melemparkan kearah hamba tersebut lalu terkena pada matanya dan menyebabkan mata hambanya keluar dan dia jatuh pingsan.     

Satelah Abdul Wahid kembali kerumahnya dari melawat kawannya keadaan kelam kabut telah terjadi dimana orang ramai yang berada disitu telah memberitahu kepadanya apa yang telah terjadi. Dengan perasaan marah Abdul Wahid mengambil pedang lalu memotong tangan anaknya sehingga putus. Abdul Wahid merasa kesal diatas tuduhan yang dibuat oleh anaknya sedangkan mereka tidak mengetahui keadaan sebenarnya.     

Satelah hambanya sadar dari pingsan, hambanya bangkit serta mengambil mata yang terjatuh lalu dimasukkan kembali ketempat asalnya sambil berdoa kepada Allah supaya memulihkan kembali penglihatannya. Satelah berdoa, matanya kembali sembuh seperti sedia kala dan hambanya pergi mengambil tangan anak Abdul Wahid yang putus lalu menyambungnya seraya membaca sesuatu. Tidak lama kemudian tangan anak Abdul Wahid kembali pulih seperti sedia kala. Hambanya terus meminta diri dan berlalu dari situ. Orang ramai keheranan melihat keajaiban yang telah terjadi.     

Bagitulah besarnya derajad orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah dan dia telah medapatkan derajdt dan kemulian dari Allah s.w.t.

No comments:

Post a Comment